Testimonial Psikologi Pendidikan


Mungkin teman pembaca bingung bagaimana sebenarnya kehidupan mahasiswa Psikologi berikut saya ceritakan sedikit mengenai testimonial saya dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Jadi saya mengambil mata kuliah ini di semester 2 bersama dengan teman-teman yang lain. Menurut saya mata kuliah ini menjadi jawaban dan aplikasi ketika saya di sekolah dulu yang paling dekat SMA. Ketika saya mempelajari ini saya sudah mulai mengerti sedikit banyaknya tentang dunia pendidikan, terutama yang berhubungan dengan Psikologi seperti sosial, emosional, perilaku dan kognitifnya. Apa pengaruh hal-hal diatas terhadap manajemen pendidikan, manajemen kelas dan pengajarnya. Kemudian pada mata kuliah ini saya berbagi pengalaman dengan dosen karena saya bersekolah di sekolah inklusi dan baru menyadari bahwa apa yang ada disekolah saya dulu bagian dari Psikologi Pendidikan yaitu Pendidikan Multikultural dimana dijelaskan bahwa pendidikan ini bertujuan untuk membina kerja sama , saling menghargai perbedaan mulai dari fisik,suku,agama. Kemudian kami diberikan tugas yang sebenarnya menurut saya itu tantangan yaitu langsung terjun kelapangan mengobservasi berbagai tingkat pelajar, mulai dari Tk,SD,SMP,SMA/SMK.  Kebetulan kelompok saya kelompok 2 mendapatkan tingkat SMA. Jadi saya terjun langsung ke SMA yang kami tuju yaitu SMAN 1 Medan dan mengamati bagaimana manajemen kelas, pembawaan guru, dan bagaimana perilaku siswa-siswa yang ada disana. Sangat seru dan menyenangkan karena memang mata kuliah ini langsung di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari jadi kita langsung mengetahui bahwa apa yang teori katakan memang benar adanya. Jadi saya juga mengucapkan terima kasih untuk dosen-dosen pembimbing pada mata kuliah ini, semoga dengan mempelajari mata kuliah ini saya semakin memahami bagaimana manajemen pendidikan yang baik mungkin yang terdekat di kota saya Lubuk Pakam. Sekian dan terima kasih.

Perkembangan Sosioemosional


PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL
1.      DIRI
Menurut dramawan Italia abad ke 20 Ugo Betti saat anak mengatakan “aku” maka yang mereka maksudkan adalah sesuatu yang unik, tidak bercampur dengan yang lain. Psikolog sering menyebut “aku” ini sebagai “diri” (self). Ada dua aspek yang penting dari diri ini yakni harga diri (self-esteem) dan identitias diri.
Ø  Harga Diri
Penghargaan diri (Self-Esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan juga dinamakan martabat diri. (Self-Worth) atau gambaran diri (Self-Image). Minat terhadap topik penghargaan diri ini dimulai oleh karya ahli psikoterapi Carl Rogers (1961). Rogers menyatakan bahwa sebab utama seseorang punya penghargaan diri yang rendah adalah karena mereka tidak diberi dukungan sosial yang memadai. Dia secara khusus mengganggap bahwa anak rendah diri mungkin dahulu saat masih berkembang sering ditegur. Bagi banyak murid perasaan rendah diri bisa datang dan pergi. Tetapi bagi beberapa murid perasaan itu terus bertahan dan muncul menjadi problem serius lainnya. Rasa rendah diri yang menetap dan berlebihan mungkin diakibatkan prestasi yang buruk,depresi, gangguan makan dan tindak kejahatan.
Ø  Perkembangan Indentitias
Aspek penting dari diri adalah identitias. Konsep ini berkaitan dengan konsep Erick Erikson (1968) yang percaya bahwa persoalan paling penting dalam remaja adalah perkembangan identitas, pencarian jawaban tentang siapa aku. Periset dari Kanada James Marcia (1980,1998) menganalisis konsep Erik Erikson tentang identitas dan menyimpulkan bahwa adalah yang penting untuk membedakan antara eksplorasi dengan komitmen. Eksplorasi adalah pencarian identitas akternatif yang bermakna. Sedangkan komitmen adalah penerimaan personal pada satu identitas dan menerima apapun implikasi dari identitas itu. Ada 4 tipe identitas:
1.      Identity Diffusion : Status identitas dimana individu belum mengalami krisis yakni (mereka belum mengeksplorasi alternatif yang bermakna) atau membuat komitmen.
2.      Identity Foreclosure : Status identitas dimana individu membuat komitmen tetapi belum mengeksplorasi alternatif yang bermakna.
3.      Identity Moratorium : Status Identitas dimana individu berada ditengah-tengah eksplorasi alternatif tetapi membuat belum komitmen.
4.      Identity Achievement : Status identitas dimana individu telah mengeksplorasi alternatif yang bermakna dan telah membuat komitmen.

Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konveksi dari interaksi yang adil antar orang.
            Domain perkembangan moral
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konveksi tentang interaksi yang adil antar orang. Aturan ini bisa dikaji dalam tiga aspek : Kogniitf,Behavioral, dan emosional. Dalam domain kognitif isu kuncinya adalah bagaimana murid menalar atau memikirkan perilaku yang etis. Dalam domain behavioral fokusnya bagaimana murid bisa berperilaku aktual dan bukan pada moralitas dari pemikirannya. Dalam domain emosional penekanannya dalah bagaimana murid merasakan secara moral apakah murid merasakan ia salah saat melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Heteronomous Morality
Menurut teori Piaget ini adalah tahap pertama perkembangan moral dimana keadilan dan aturan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah di luar kontrol manusia.
Autonomous Morality
Adalah tahap kedua perkembangan menurut teori piaget dimana anak mulai menyadari bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan bahwa dalam menilai suatu perbuatan niat pelaku dan konsekuensinya perlu dipikirkan.
Preconvetional Reasoning
Menurut teori kolhberg ini adalah level terbawah dari perkembangan moral. Pada level ini anak tidak menunjukkan internalisasi nilai moral dan penalaran moralnya dikendalikan oleh imbalan dan hukuman dari luar.
Conventional Reasoning
Dalam teori kohlberg ini adalah tahap pertengahan dari perkembangan moral. Pada tahap ini internalisasi masih setenga-setengah dalam arti bahwa individu mematuhi standar tertentu tetapi standar ini pada dasarnya adalah standar dari orang lain.
Postconventional Reasoning
Dalam teori kohlberg ini adalah level tertinggi dalam perkembangan moral. Pada level ini perkembangan moral telah di internalisasikan dan penalaran moral mulai muncul.
Pendidikan Moral
Topik pendidikan moral diperdebatkan dengan sengit dalan lingkungan pendidikan.
1.      Kurikulum tersembunyi
Konsep dewey yaitu setiap sekolah punya atmosfer moral tersendiri meskipun sekolah itu tidak memberikan pelajaran pendidikan moral.
2.      Pendidikan karakter
Pendekatan langsung untuk pendidikan moral denga memberi pelajaran kepada murid tentang pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka melakukan perilaku yang tidak bermoral atau membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Laporan Observasi Psikologi Pendidikan" Manajemen Kelas"


LAPORAN OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“MANAJEMEN KELAS”

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Andar R Hutagalung                                (161301087)
2. Shafira Ulfa Rahmani                               (161301107)
    3. Hanindiastuti                                              (161301120)
    4. Meizia Ananda Rizky                                (161301129)
    5. Endah Carina Br Saragih                          (161301130)
    6.Khairunissa Harahap                                  (161301145)
7.Dwi Anggraeni                                           (161301156)



Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Pendahuluan
1.1  Identitas Sekolah

Nama Sekolah             : SMAN 1 Medan
Alamat Sekolah           : Jl. Teuku Cik Ditiro No. 1 Kota Medan

1.2  Sejarah Sekolah
SMAN 1 Medan atau yang sering disingkat menjadi SMANSA terletak di jantung kota Medan, tepatnya di Jl. Teuku Cik Ditiro No.1.  Awalnya, SMANSA pertama kali dibangun di Jl. Teuku Umar No.1. sekitar tanggal 18 Agustus - 1 September 1950. Ada kenyataan yang sedikit mengejutkan ternyata SMANSA pernah menjadi SMA DARURAT akibat dari aksi Polisional oleh Belanda, makanya SMANSA dipindahkan ke Jl. Seram Biru. Tapi itu bukan halangan bagi SMANSA untuk jadi SMA favorit.

1.3  Uraian Aktivitas Observasi

Jadwal Observasi        : Kamis, 30 Maret 2017
Waktu Observasi         :
Objek Observasi          : Kelas X MIA 2

1.      Latar Belakang

Lingkungan pembelajaran yang baik harus dibarengi dengan pengelolaan kelas dan iklim belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah. Untuk menciptakan pengelolaan yang baik, kita terlebih dahulu memahami apa arti manajemen kelas, prinsip dasar mengelola kelas, permasalahan dalam kelas, kondisi, penciptaan iklim pembelajaran dan kondisi-kondisi dalam kelas. Semua itu harus dipahami oleh guru agar pengelolaan kelas bukan hanya mengurusi tentang saran prasarana kelas saja tetapi kondisi psikologis dari siswa.
Dalam pengelolaan kelas, efektif atau tidak pelaksanaannya sangat tergantung pada sikap guru dalam memahami berbagai aspek dalam pelaksanaannya. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian guru yaitu aspek sifat kelas dan situasi kelas yang dapat menentukan bentuk dan metode pendekatan yang sesuai dalam proses pembelajaran serta tindakan efektif keratif dari guru sangat menentukan jalannya kegiatan pengelolaan kelas. Selain itu, guru juga harus paham tentang tujuan dari pengelolaan kelas itu sendiri sehingga proses pembelajaran akan lebih terarah pada suatu tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran juga harus memuat pendidikan karakter. Yaitu pada saat pembelajaran seorang guru juga harus memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran, agar siswa sudah terbiasa dengan kebiasaan yang baik dan memuat karakter bangsa.
Kelengkapan sarana prasarana sekolah juga merupakan hal penting yang memerlukan pengeloaan. Sarana prasarana tersebut juga mempengaruhi kondisi belajara siswa, sehingga dalam jelas tersebut juga harus melakukan pembaharauan, baik itu penataan, perubahan bahkan penambahan fasilitas, agar siswa tidak cepat bosan.
Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru. Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Kondisi atau iklim memberikan pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sebaliknya juga akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar anak serta perkembangan pendidikan peserta didik.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
b.      Bagaimana kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
c.       Apakah gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar para Siswa?

3.      Tujuan

a.       Untuk mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif.
b.      Untuk mengetahui kondisi ruang kelas ketika KBM berlangsung.
c.       Untuk mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMAN 1 Medan.

4.      Manfaat

a.       Menambah wawasan akan manajemen kelas.
b.      Memberikan pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMAN 1 Medan.

















BAB II
LANDASAN TEORI
                            
 Mengelola Kelas Secara Efektif
           Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator, dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam kelas.
 Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø  Ruang kelas itu multidimensional, ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø  Aktivitas terjadi secara bersamaan, banyak aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
Ø  Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø  Peristiwa sering kali tidak dapat diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
Ø  Hanya ada sedikit privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø  Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas. 
         Sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).

 Strategi dan Tujuan Manajemen
            Manajemen kelas yang efektif bertujuan untuk:
Ø  Membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
Ø  Mencegah siswa mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa.
Gaya Penyusunan Ruang Kelas
Ø  Gaya Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak kemana pun didalam ruangan.
Ø  Gaya berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain. Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Ø  Gaya off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
Ø  Gaya seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø  Gaya kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
               Menjadi seorang komunikator yang baik
 Komunikasi Verbal    
 Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana orang-orang menghadapi konflik.

Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.

Menangani Perilaku Bermasalah
           Intervensi bisa dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
      Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi emosional.























BAB III
HASIL PENGAMATAN
1.      Bagaimana Cara Pengucapakan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas X Mia 2
2.      Beberapa murid menyanyi menggunakan teks/ bacaan
3.      Barisan  laki-laki cenderung tidak bernyanyi
4.      Guru menjelaskan menggunakan bahasa inggris
5.      Guru memberi sesi tanya jawab pada teks inggris dan siswa terlihat pasif
6.      Suasana kelas terlihat membosankan karena gurunya tidak bisa menciptakan suasana kelas yang senang
7.      Tidak ada siswa yang  berani bernyanyi lagu english dikelas sehingga dilakukan pemanggilann melalui absen
8.      Suasana kelas menjadi tidak kondusif sesaat karena mereka takut dipanggil
9.      Yang berbeda dari SMA N 1 Medan adalah pihak sekolah mengizinkan siswa nya membawa hp dan menggunakannya pada saat jam berlangsung
10.  Setelah dipanggil melalui absen akhirnya ada yang mau bernyanyi
11.  Pembahasan dan pengajaran guru monoton dan membosankan
12.  Ada beberapa kelompok hanya 1 aktif yang dalam pengucapaan bahasa inggris
13.  Indikator penilaian adalah anak tersebut mampu untuk mengucapkan kata dan bernyanyi dalam bahasa inggris
14.  Kurikulum k 2013 mewajibkan anak untuk mampu bernyanyi dan mengindentifikasi pesan moral dr lagu tsb
15.  Anak laki-laki cenderung  malu dan tidak aktif
16.  Suasana kelas menjadi tidak kondusif, banyak anak yang bergosip dan bermain hp pd saat jam pelajaran
17.  Siswa mengalami perubahan perilaku ketika mengetahui jam pulang sudah dekat, siswa perempuan terlihat memakai parfum
18.  Berlangsung sesi tanya jawab dan penjelasan pelajaran berikutnya dan siswa aktif




BAB IV
PEMBAHASAN

1.      Bagaimana cara pengucapan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa inggris di kelas X MIA-2
Saat kami mengobservasi di kelas X MIA-2 mata pelajaran yang masuk adalah Bahasa Inggris. Ibu guru yang sebelumnya sudah memberikan tugas menyanyikan sebuah lagu bahasa inggris langsung menyuruh seorang siswi untuk memasang lagu dan disambungkan ke speaker agar terdengar dengan jelas. Ketika lagu di putar para siswa/i pun mulai menyanyikan lagu tersebut, beberapa ada yang malu-malu menyayikannya, beberapa juga ada yang dengan bahagia menyanyikan lagu tersebut. Ibu guru pun berkeliling kelas melihat semua muridnya memastikan mereka semua menyanyi dan tidak ada yang menutup mulut. Dan setelah kami perhatikan lumayan banyak murid yang lancar mengucapkan bahasa inggris dari teks lagu tersebut, namun ada juga beberapa murid yang tidak membuka mulutnya saat menyanyi dan membuat ucapan bahasa inggrisnya pada lagu tersebut tidak jelas.

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pages

BTemplates.com

Blogger templates

Pages - Menu

Pages - Menu