Mungkin teman pembaca bingung bagaimana sebenarnya kehidupan
mahasiswa Psikologi berikut saya ceritakan sedikit mengenai testimonial saya
dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Jadi saya mengambil mata kuliah ini di
semester 2 bersama dengan teman-teman yang lain. Menurut saya mata kuliah ini
menjadi jawaban dan aplikasi ketika saya di sekolah dulu yang paling dekat SMA.
Ketika saya mempelajari ini saya sudah mulai mengerti sedikit banyaknya tentang
dunia pendidikan, terutama yang berhubungan dengan Psikologi seperti sosial,
emosional, perilaku dan kognitifnya. Apa pengaruh hal-hal diatas terhadap
manajemen pendidikan, manajemen kelas dan pengajarnya. Kemudian pada mata kuliah
ini saya berbagi pengalaman dengan dosen karena saya bersekolah di sekolah
inklusi dan baru menyadari bahwa apa yang ada disekolah saya dulu bagian dari
Psikologi Pendidikan yaitu Pendidikan Multikultural dimana dijelaskan bahwa
pendidikan ini bertujuan untuk membina kerja sama , saling menghargai perbedaan
mulai dari fisik,suku,agama. Kemudian kami diberikan tugas yang sebenarnya
menurut saya itu tantangan yaitu langsung terjun kelapangan mengobservasi
berbagai tingkat pelajar, mulai dari Tk,SD,SMP,SMA/SMK. Kebetulan kelompok saya kelompok 2
mendapatkan tingkat SMA. Jadi saya terjun langsung ke SMA yang kami tuju yaitu
SMAN 1 Medan dan mengamati bagaimana manajemen kelas, pembawaan guru, dan
bagaimana perilaku siswa-siswa yang ada disana. Sangat seru dan menyenangkan
karena memang mata kuliah ini langsung di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari jadi kita langsung mengetahui bahwa apa yang teori katakan memang
benar adanya. Jadi saya juga mengucapkan terima kasih untuk dosen-dosen
pembimbing pada mata kuliah ini, semoga dengan mempelajari mata kuliah ini saya
semakin memahami bagaimana manajemen pendidikan yang baik mungkin yang terdekat
di kota saya Lubuk Pakam. Sekian dan terima kasih.
Home / Archive for April 2017
Perkembangan Sosioemosional
PERKEMBANGAN
SOSIOEMOSIONAL
1. DIRI
Menurut dramawan Italia abad ke 20 Ugo Betti saat anak mengatakan “aku”
maka yang mereka maksudkan adalah sesuatu yang unik, tidak bercampur dengan
yang lain. Psikolog sering menyebut “aku” ini sebagai “diri” (self). Ada dua
aspek yang penting dari diri ini yakni harga diri (self-esteem) dan identitias
diri.
Ø Harga Diri
Penghargaan diri
(Self-Esteem) adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya
sendiri. Penghargaan juga dinamakan martabat diri. (Self-Worth) atau gambaran
diri (Self-Image). Minat terhadap topik penghargaan diri ini dimulai oleh karya
ahli psikoterapi Carl Rogers (1961). Rogers menyatakan bahwa sebab utama
seseorang punya penghargaan diri yang rendah adalah karena mereka tidak diberi
dukungan sosial yang memadai. Dia secara khusus mengganggap bahwa anak rendah
diri mungkin dahulu saat masih berkembang sering ditegur. Bagi banyak murid
perasaan rendah diri bisa datang dan pergi. Tetapi bagi beberapa murid perasaan
itu terus bertahan dan muncul menjadi problem serius lainnya. Rasa rendah diri
yang menetap dan berlebihan mungkin diakibatkan prestasi yang buruk,depresi,
gangguan makan dan tindak kejahatan.
Ø Perkembangan Indentitias
Aspek penting dari diri
adalah identitias. Konsep ini berkaitan dengan konsep Erick Erikson (1968) yang
percaya bahwa persoalan paling penting dalam remaja adalah perkembangan
identitas, pencarian jawaban tentang siapa aku. Periset dari Kanada James
Marcia (1980,1998) menganalisis konsep Erik Erikson tentang identitas dan
menyimpulkan bahwa adalah yang penting untuk membedakan antara eksplorasi
dengan komitmen. Eksplorasi adalah
pencarian identitas akternatif yang bermakna. Sedangkan komitmen adalah penerimaan personal pada satu identitas dan menerima
apapun implikasi dari identitas itu. Ada 4 tipe identitas:
1. Identity Diffusion : Status identitas
dimana individu belum mengalami krisis yakni (mereka belum mengeksplorasi
alternatif yang bermakna) atau membuat komitmen.
2. Identity Foreclosure : Status
identitas dimana individu membuat komitmen tetapi belum mengeksplorasi
alternatif yang bermakna.
3. Identity Moratorium : Status
Identitas dimana individu berada ditengah-tengah eksplorasi alternatif tetapi
membuat belum komitmen.
4. Identity Achievement : Status
identitas dimana individu telah mengeksplorasi alternatif yang bermakna dan
telah membuat komitmen.
Perkembangan
Moral
Perkembangan
moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konveksi dari
interaksi yang adil antar orang.
Domain perkembangan moral
Perkembangan
moral berkaitan dengan aturan dan konveksi tentang interaksi yang adil antar
orang. Aturan ini bisa dikaji dalam tiga aspek : Kogniitf,Behavioral, dan
emosional. Dalam domain kognitif isu kuncinya adalah bagaimana murid menalar
atau memikirkan perilaku yang etis. Dalam domain behavioral fokusnya bagaimana
murid bisa berperilaku aktual dan bukan pada moralitas dari pemikirannya. Dalam
domain emosional penekanannya dalah bagaimana murid merasakan secara moral
apakah murid merasakan ia salah saat melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Heteronomous
Morality
Menurut
teori Piaget ini adalah tahap pertama perkembangan moral dimana keadilan dan
aturan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah di luar kontrol manusia.
Autonomous
Morality
Adalah tahap
kedua perkembangan menurut teori piaget dimana anak mulai menyadari bahwa
aturan dan hukum adalah buatan manusia dan bahwa dalam menilai suatu perbuatan
niat pelaku dan konsekuensinya perlu dipikirkan.
Preconvetional
Reasoning
Menurut teori
kolhberg ini adalah level terbawah dari perkembangan moral. Pada level ini anak
tidak menunjukkan internalisasi nilai moral dan penalaran moralnya dikendalikan
oleh imbalan dan hukuman dari luar.
Conventional
Reasoning
Dalam teori
kohlberg ini adalah tahap pertengahan dari perkembangan moral. Pada tahap ini
internalisasi masih setenga-setengah dalam arti bahwa individu mematuhi standar
tertentu tetapi standar ini pada dasarnya adalah standar dari orang lain.
Postconventional
Reasoning
Dalam teori
kohlberg ini adalah level tertinggi dalam perkembangan moral. Pada level ini
perkembangan moral telah di internalisasikan dan penalaran moral mulai muncul.
Pendidikan
Moral
Topik
pendidikan moral diperdebatkan dengan sengit dalan lingkungan pendidikan.
1. Kurikulum tersembunyi
Konsep dewey yaitu setiap
sekolah punya atmosfer moral tersendiri meskipun sekolah itu tidak memberikan
pelajaran pendidikan moral.
2. Pendidikan karakter
Pendekatan langsung untuk pendidikan
moral denga memberi pelajaran kepada murid tentang pengetahuan moral dasar
untuk mencegah mereka melakukan perilaku yang tidak bermoral atau membahayakan
diri sendiri atau orang lain.
Laporan Observasi Psikologi Pendidikan" Manajemen Kelas"
LAPORAN OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“MANAJEMEN KELAS”
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Andar R Hutagalung (161301087)
2.
Shafira Ulfa Rahmani (161301107)
3. Hanindiastuti (161301120)
4. Meizia Ananda Rizky (161301129)
5. Endah Carina Br Saragih (161301130)
6.Khairunissa Harahap (161301145)
7.Dwi
Anggraeni (161301156)
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1 Identitas
Sekolah
Nama
Sekolah : SMAN 1 Medan
Alamat
Sekolah : Jl. Teuku Cik Ditiro
No. 1 Kota Medan
1.2 Sejarah
Sekolah
SMAN 1 Medan atau yang sering
disingkat menjadi SMANSA terletak di jantung kota Medan, tepatnya di Jl. Teuku
Cik Ditiro No.1. Awalnya, SMANSA pertama
kali dibangun di Jl. Teuku Umar No.1. sekitar tanggal 18 Agustus - 1 September
1950. Ada kenyataan yang sedikit mengejutkan ternyata SMANSA pernah menjadi SMA
DARURAT akibat dari aksi Polisional oleh Belanda, makanya SMANSA dipindahkan ke
Jl. Seram Biru. Tapi itu bukan halangan bagi SMANSA untuk jadi SMA favorit.
1.3 Uraian
Aktivitas Observasi
Jadwal Observasi : Kamis, 30 Maret 2017
Waktu
Observasi :
Objek
Observasi : Kelas X MIA 2
1. Latar
Belakang
Lingkungan
pembelajaran yang baik harus dibarengi dengan pengelolaan kelas dan iklim
belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah.
Untuk menciptakan pengelolaan yang baik, kita terlebih dahulu memahami apa arti
manajemen kelas, prinsip dasar mengelola kelas, permasalahan dalam kelas,
kondisi, penciptaan iklim pembelajaran dan kondisi-kondisi dalam kelas. Semua
itu harus dipahami oleh guru agar pengelolaan kelas bukan hanya mengurusi
tentang saran prasarana kelas saja tetapi kondisi psikologis dari siswa.
Dalam
pengelolaan kelas, efektif atau tidak pelaksanaannya sangat tergantung pada
sikap guru dalam memahami berbagai aspek dalam pelaksanaannya. Beberapa aspek
yang perlu menjadi perhatian guru yaitu aspek sifat kelas dan situasi kelas yang
dapat menentukan bentuk dan metode pendekatan yang sesuai dalam proses
pembelajaran serta tindakan efektif keratif dari guru sangat menentukan
jalannya kegiatan pengelolaan kelas. Selain itu, guru juga harus paham tentang
tujuan dari pengelolaan kelas itu sendiri sehingga proses pembelajaran akan
lebih terarah pada suatu tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran
juga harus memuat pendidikan karakter. Yaitu pada saat pembelajaran seorang
guru juga harus memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran, agar siswa
sudah terbiasa dengan kebiasaan yang baik dan memuat karakter bangsa.
Kelengkapan
sarana prasarana sekolah juga merupakan hal penting yang memerlukan pengeloaan.
Sarana prasarana tersebut juga mempengaruhi kondisi belajara siswa, sehingga
dalam jelas tersebut juga harus melakukan pembaharauan, baik itu penataan,
perubahan bahkan penambahan fasilitas, agar siswa tidak cepat bosan.
Berhasilnya
manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga
dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Kondisi atau iklim memberikan pengaruh terhadap efektivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sebaliknya juga akan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar anak serta perkembangan pendidikan peserta didik.
2. Rumusan
Masalah
a. Apakah
manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
b. Bagaimana
kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
c. Apakah
gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar
para Siswa?
3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif.
b. Untuk
mengetahui kondisi ruang kelas ketika KBM berlangsung.
c. Untuk
mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMAN 1 Medan.
4. Manfaat
a. Menambah
wawasan akan manajemen kelas.
b. Memberikan
pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMAN 1 Medan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Mengelola Kelas Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif
memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas
mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik
untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan
penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk
meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan
dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka
dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan
konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan
lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih
sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini
yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator,
dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam
model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak
berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam
kelas.
Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan
Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø Ruang kelas itu
multidimensional, ruang kelas adalah
tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai
aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø Aktivitas terjadi
secara bersamaan, banyak aktivitas kelas
terjadi secara bersamaan.
Ø Hal-hal terjadi dengan
cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi
dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø Peristiwa sering kali
tidak dapat diprediksi, meskipun sudah
merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga
tetap akan terjadi.
Ø Hanya ada sedikit
privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana
siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa
yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa
yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat
atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø Ruang kelas memiliki
sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang
kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani
maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak
istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya.
Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan
prinsip-prinsip manjemen kelas.
Sifat
kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak
dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang
utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang
paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
Strategi dan Tujuan Manajemen
Manajemen kelas yang efektif bertujuan
untuk:
Ø Membantu siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku
yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas
yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar
siswa.
Ø Mencegah siswa
mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang
dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi
juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang
dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif
dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan
termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus
diterima oleh siswa.
Gaya Penyusunan Ruang
Kelas
Ø Gaya
Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini
mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak
kemana pun didalam ruangan.
Ø Gaya
berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain.
Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Ø Gaya
off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat)
duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama
lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya
berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
Ø Gaya
seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk
dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø Gaya
kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai
delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
Menjadi seorang komunikator yang baik
Komunikasi Verbal
Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan
siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas
mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam
pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti
pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan
kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai
orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana
orang-orang menghadapi konflik.
Komunikasi
Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga
dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan,
menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
Menangani
Perilaku Bermasalah
Intervensi bisa
dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan
penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati
siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara
langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku
tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan
tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau
memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
Kekerasan adalah persoalan utama yang
semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak
siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk
emnghindari argument atau konfrontasi emosional.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
1.
Bagaimana
Cara Pengucapakan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas
X Mia 2
2.
Beberapa
murid menyanyi menggunakan teks/ bacaan
3.
Barisan laki-laki cenderung tidak bernyanyi
4.
Guru
menjelaskan menggunakan bahasa inggris
5.
Guru
memberi sesi tanya jawab pada teks inggris dan siswa terlihat pasif
6.
Suasana
kelas terlihat membosankan karena gurunya tidak bisa menciptakan suasana kelas
yang senang
7.
Tidak
ada siswa yang berani bernyanyi lagu
english dikelas sehingga dilakukan pemanggilann melalui absen
8.
Suasana
kelas menjadi tidak kondusif sesaat karena mereka takut dipanggil
9.
Yang
berbeda dari SMA N 1 Medan adalah pihak sekolah mengizinkan siswa nya membawa
hp dan menggunakannya pada saat jam berlangsung
10.
Setelah
dipanggil melalui absen akhirnya ada yang mau bernyanyi
11.
Pembahasan
dan pengajaran guru monoton dan membosankan
12.
Ada
beberapa kelompok hanya 1 aktif yang dalam pengucapaan bahasa inggris
13.
Indikator
penilaian adalah anak tersebut mampu untuk mengucapkan kata dan bernyanyi dalam
bahasa inggris
14.
Kurikulum
k 2013 mewajibkan anak untuk mampu bernyanyi dan mengindentifikasi pesan moral
dr lagu tsb
15.
Anak
laki-laki cenderung malu dan tidak aktif
16.
Suasana
kelas menjadi tidak kondusif, banyak anak yang bergosip dan bermain hp pd saat
jam pelajaran
17.
Siswa
mengalami perubahan perilaku ketika mengetahui jam pulang sudah dekat, siswa
perempuan terlihat memakai parfum
18.
Berlangsung
sesi tanya jawab dan penjelasan pelajaran berikutnya dan siswa aktif
BAB IV
PEMBAHASAN
1.
Bagaimana
cara pengucapan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa inggris di kelas X
MIA-2
Saat
kami mengobservasi di kelas X MIA-2 mata pelajaran yang masuk adalah Bahasa
Inggris. Ibu guru yang sebelumnya sudah memberikan tugas menyanyikan sebuah
lagu bahasa inggris langsung menyuruh seorang siswi untuk memasang lagu dan
disambungkan ke speaker agar terdengar dengan jelas. Ketika lagu di putar para
siswa/i pun mulai menyanyikan lagu tersebut, beberapa ada yang malu-malu
menyayikannya, beberapa juga ada yang dengan bahagia menyanyikan lagu tersebut.
Ibu guru pun berkeliling kelas melihat semua muridnya memastikan mereka semua
menyanyi dan tidak ada yang menutup mulut. Dan setelah kami perhatikan lumayan
banyak murid yang lancar mengucapkan bahasa inggris dari teks lagu tersebut,
namun ada juga beberapa murid yang tidak membuka mulutnya saat menyanyi dan
membuat ucapan bahasa inggrisnya pada lagu tersebut tidak jelas.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Blog Archive
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.