LAPORAN OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“MANAJEMEN KELAS”
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Andar R Hutagalung (161301087)
2.
Shafira Ulfa Rahmani (161301107)
3. Hanindiastuti (161301120)
4. Meizia Ananda Rizky (161301129)
5. Endah Carina Br Saragih (161301130)
6.Khairunissa Harahap (161301145)
7.Dwi
Anggraeni (161301156)
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1 Identitas
Sekolah
Nama
Sekolah : SMAN 1 Medan
Alamat
Sekolah : Jl. Teuku Cik Ditiro
No. 1 Kota Medan
1.2 Sejarah
Sekolah
SMAN 1 Medan atau yang sering
disingkat menjadi SMANSA terletak di jantung kota Medan, tepatnya di Jl. Teuku
Cik Ditiro No.1. Awalnya, SMANSA pertama
kali dibangun di Jl. Teuku Umar No.1. sekitar tanggal 18 Agustus - 1 September
1950. Ada kenyataan yang sedikit mengejutkan ternyata SMANSA pernah menjadi SMA
DARURAT akibat dari aksi Polisional oleh Belanda, makanya SMANSA dipindahkan ke
Jl. Seram Biru. Tapi itu bukan halangan bagi SMANSA untuk jadi SMA favorit.
1.3 Uraian
Aktivitas Observasi
Jadwal Observasi : Kamis, 30 Maret 2017
Waktu
Observasi :
Objek
Observasi : Kelas X MIA 2
1. Latar
Belakang
Lingkungan
pembelajaran yang baik harus dibarengi dengan pengelolaan kelas dan iklim
belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah.
Untuk menciptakan pengelolaan yang baik, kita terlebih dahulu memahami apa arti
manajemen kelas, prinsip dasar mengelola kelas, permasalahan dalam kelas,
kondisi, penciptaan iklim pembelajaran dan kondisi-kondisi dalam kelas. Semua
itu harus dipahami oleh guru agar pengelolaan kelas bukan hanya mengurusi
tentang saran prasarana kelas saja tetapi kondisi psikologis dari siswa.
Dalam
pengelolaan kelas, efektif atau tidak pelaksanaannya sangat tergantung pada
sikap guru dalam memahami berbagai aspek dalam pelaksanaannya. Beberapa aspek
yang perlu menjadi perhatian guru yaitu aspek sifat kelas dan situasi kelas yang
dapat menentukan bentuk dan metode pendekatan yang sesuai dalam proses
pembelajaran serta tindakan efektif keratif dari guru sangat menentukan
jalannya kegiatan pengelolaan kelas. Selain itu, guru juga harus paham tentang
tujuan dari pengelolaan kelas itu sendiri sehingga proses pembelajaran akan
lebih terarah pada suatu tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran
juga harus memuat pendidikan karakter. Yaitu pada saat pembelajaran seorang
guru juga harus memasukkan pendidikan karakter dalam pembelajaran, agar siswa
sudah terbiasa dengan kebiasaan yang baik dan memuat karakter bangsa.
Kelengkapan
sarana prasarana sekolah juga merupakan hal penting yang memerlukan pengeloaan.
Sarana prasarana tersebut juga mempengaruhi kondisi belajara siswa, sehingga
dalam jelas tersebut juga harus melakukan pembaharauan, baik itu penataan,
perubahan bahkan penambahan fasilitas, agar siswa tidak cepat bosan.
Berhasilnya
manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga
dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Kondisi atau iklim memberikan pengaruh terhadap efektivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sebaliknya juga akan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar anak serta perkembangan pendidikan peserta didik.
2. Rumusan
Masalah
a. Apakah
manajemen ruang kelas sudah tertata dengan baik dan kondusif?
b. Bagaimana
kondisi ruang kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar?
c. Apakah
gaya pengajaran yang diberikan sudah memberikan cukup motivasi untuk belajar
para Siswa?
3. Tujuan
a. Untuk
mengetahui manajemen kelas yang sudah cukup kondusif.
b. Untuk
mengetahui kondisi ruang kelas ketika KBM berlangsung.
c. Untuk
mengetahui sejauh mana gaya pengajaran di SMAN 1 Medan.
4. Manfaat
a. Menambah
wawasan akan manajemen kelas.
b. Memberikan
pengalaman tersendiri setelah melakukan Observasi di SMAN 1 Medan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Mengelola Kelas Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif
memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas
mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik
untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan
penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk
meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan
dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka
dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan
konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan
lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih
sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini
yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator,
dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam
model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak
berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam
kelas.
Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan
Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø Ruang kelas itu
multidimensional, ruang kelas adalah
tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai
aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø Aktivitas terjadi
secara bersamaan, banyak aktivitas kelas
terjadi secara bersamaan.
Ø Hal-hal terjadi dengan
cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi
dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø Peristiwa sering kali
tidak dapat diprediksi, meskipun sudah
merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga
tetap akan terjadi.
Ø Hanya ada sedikit
privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana
siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa
yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa
yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat
atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø Ruang kelas memiliki
sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang
kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani
maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak
istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya.
Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan
prinsip-prinsip manjemen kelas.
Sifat
kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak
dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang
utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang
paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).
Strategi dan Tujuan Manajemen
Manajemen kelas yang efektif bertujuan
untuk:
Ø Membantu siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit untuk perilaku
yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas
yang baik akan membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar
siswa.
Ø Mencegah siswa
mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang
dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi
juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang
dikelola dengan baik membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif
dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan
termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus
diterima oleh siswa.
Gaya Penyusunan Ruang
Kelas
Ø Gaya
Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini
mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak
kemana pun didalam ruangan.
Ø Gaya
berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain.
Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
Ø Gaya
off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat)
duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama
lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya
berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
Ø Gaya
seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk
dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U.
Ø Gaya
kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai
delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
Menjadi seorang komunikator yang baik
Komunikasi Verbal
Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan
siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas
mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam
pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti
pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan
kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai
orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana
orang-orang menghadapi konflik.
Komunikasi
Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga
dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan,
menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.
Menangani
Perilaku Bermasalah
Intervensi bisa
dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan
penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati
siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara
langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku
tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan
tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau
memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
Kekerasan adalah persoalan utama yang
semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak
siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk
emnghindari argument atau konfrontasi emosional.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
1.
Bagaimana
Cara Pengucapakan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas
X Mia 2
2.
Beberapa
murid menyanyi menggunakan teks/ bacaan
3.
Barisan laki-laki cenderung tidak bernyanyi
4.
Guru
menjelaskan menggunakan bahasa inggris
5.
Guru
memberi sesi tanya jawab pada teks inggris dan siswa terlihat pasif
6.
Suasana
kelas terlihat membosankan karena gurunya tidak bisa menciptakan suasana kelas
yang senang
7.
Tidak
ada siswa yang berani bernyanyi lagu
english dikelas sehingga dilakukan pemanggilann melalui absen
8.
Suasana
kelas menjadi tidak kondusif sesaat karena mereka takut dipanggil
9.
Yang
berbeda dari SMA N 1 Medan adalah pihak sekolah mengizinkan siswa nya membawa
hp dan menggunakannya pada saat jam berlangsung
10.
Setelah
dipanggil melalui absen akhirnya ada yang mau bernyanyi
11.
Pembahasan
dan pengajaran guru monoton dan membosankan
12.
Ada
beberapa kelompok hanya 1 aktif yang dalam pengucapaan bahasa inggris
13.
Indikator
penilaian adalah anak tersebut mampu untuk mengucapkan kata dan bernyanyi dalam
bahasa inggris
14.
Kurikulum
k 2013 mewajibkan anak untuk mampu bernyanyi dan mengindentifikasi pesan moral
dr lagu tsb
15.
Anak
laki-laki cenderung malu dan tidak aktif
16.
Suasana
kelas menjadi tidak kondusif, banyak anak yang bergosip dan bermain hp pd saat
jam pelajaran
17.
Siswa
mengalami perubahan perilaku ketika mengetahui jam pulang sudah dekat, siswa
perempuan terlihat memakai parfum
18.
Berlangsung
sesi tanya jawab dan penjelasan pelajaran berikutnya dan siswa aktif
BAB IV
PEMBAHASAN
1.
Bagaimana
cara pengucapan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa inggris di kelas X
MIA-2
Saat
kami mengobservasi di kelas X MIA-2 mata pelajaran yang masuk adalah Bahasa
Inggris. Ibu guru yang sebelumnya sudah memberikan tugas menyanyikan sebuah
lagu bahasa inggris langsung menyuruh seorang siswi untuk memasang lagu dan
disambungkan ke speaker agar terdengar dengan jelas. Ketika lagu di putar para
siswa/i pun mulai menyanyikan lagu tersebut, beberapa ada yang malu-malu
menyayikannya, beberapa juga ada yang dengan bahagia menyanyikan lagu tersebut.
Ibu guru pun berkeliling kelas melihat semua muridnya memastikan mereka semua
menyanyi dan tidak ada yang menutup mulut. Dan setelah kami perhatikan lumayan
banyak murid yang lancar mengucapkan bahasa inggris dari teks lagu tersebut,
namun ada juga beberapa murid yang tidak membuka mulutnya saat menyanyi dan
membuat ucapan bahasa inggrisnya pada lagu tersebut tidak jelas.
2.
Murid
menyanyi menggunakan teks bacaan
Lirik
lagu bahasa inggris tersebut ada lengkap di buku bacaan mereka, dan sebenarnya
mereka dengan mudah menghafal lirik tersebut sehingga saat menyanyikannya
dikelas bisa tanpa memegang buku. Tapi para murid hampir semua menyanyi melihat
lirik yang ada di buku mereka tersebut. Ketika mereka dipanggil melalui nomer
absen, merekapun bisa memilih 3 temannya untuk menemani menyanyikan lagu
tersebut di depan kelas. Dan kami lihat hingga kelompok terakhir menyanyi,
semua membawa buku dan menyanyi melihat buku saja saat didepan, ibu guru pun
terus memperhatikan muridnya bernyanyi didepan sambil menegor murid yang tidak
membuka mulutnya, mungkin mereka tidak menghafalnya dirumah sehingga saat
disuruh maju kedepan mereka semua menyanyikannya membawa lirik yang berada di
buku bacaan mereka.
3.
Barisan
tempat duduk laki-laki cenderung tidak bernyanyi
Di
dalam kelas X MIA-2 ini di dominasi sama murid perempuan, dan hanya beberapa
laki-laki. Murid laki-laki pun kebanyaan duduk paling belakang, ada yang
ditengah beberapa, dan yang paling banyak di sudut kiri kelas. Saat ibu guru
berkeliling melihat para muridnya menyanyika lagu bahasa inggris, kami pun
mengikutinya, dan setelah diperhatikan para murid laki-laki cenderung tidak
menyanyikan lagu tersebut, mereka ada yang malu-malu, ketawa-ketawa, dan ada
juga yang diam hanya menunduk melihat buku bacaan mereka. Tetapi ketika ibu
guru yang berkeliling sampai di tempat duduk laki-laki, mereka beberapa ada
yang mulai bernyanyi walau mulutnya tidak terbuka lebar, dan setelah ditegur
ibu guru, mereka pun mulai ikut menyanyikan lagu tersebut sambil ketawa satu
sama lain.
4.
Guru
menjelaskan menggunakan bahasa inggris
Setelah
selesai menyanyikan lagu tersebut, ibu guru pun menjelaskan tentang makna dan
apa saja arti dari lagu tersebut. Selama berceramah, ibu guru menggunakan
bahasa inggris yang diseling-selingi beberapa bahasa indonesia. Ibu guru pun
membuat beberapa pertanyaan tentag lagu tersebut, dan beberapa murid juga
antusias menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang mereka tau, guru pun menjelaskan
satu satu arti dari lagu tersebut, serta menceritakan makna yang terkandung
dari lagu tersebut. Ada juga siswi yang maju kedepan dan menuliskan apa yang
dia ketahui dari lagu tersebut. Ibu gurupun menjelaskan dengan sangat mendetail
menggunakan bahasa inggris yang dicampur sedikit-sedikit bahasa indonesia. Cara
tersebut cukup ampuh, karena kami perhatikan murid di X MIA-2 dengan mudah
mengetahui arti dan makna dari lagu tersebut.
Guru mengajukan
pertanyaan “what is the message of the song” pada pelajaran bernyanyi
menggunakan teks bahasa inggris tetapi kami tidak melihat satupun siswa yang
mengangkat tangan ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Sesi tanya jawab
terlihat pasif. Apakah karena mereka malu untuk menjawab, tidak tahu mau
menjawab apa,ataupun tidak perduli pertanyaan dari guru tersebut.
6. Suasana kelas terlihat membosankan karena gurunya tidak bisa
menciptakan suasana kelas yang senang:
Setelah kami mengamati
suasana kelas X MIA 02 pada jam pelajaran bahasa inggris, kami mengamati
suasana kelas yang terlalu membosankan karena gurunya tidak bisa menciptakan
suasana kelas yang senang pada saat pelajaran bernyanyi menggunakan tek bahasa
inggris. Guru tidak menciptakan suasana yang riang pada saat jam jam yang bisa
dibilang jam ngantuk dan guru tidak menyuruh murid untuk sedikit bergoyang
ataupun bertepuk tangan karena metode pengajaran yang terlalu monoton. Dan kami
mengamati selama beberapa kelompok maju kedepan pada saat bernyanyi, banyak
murid yang memainkan handphone mereka karena mereka terlalu bosan. Menurut kami
pembawaan guru tersebut terlalu monoton dikarenakan faktor dari umur guru tersebut
yang terbilang cukup berumur, dan karena itulah pembawaan si guru tersebut
tidak bisa menciptakan suasana riang. Apalagi seharusnya lagu yang di nyanyikan
para siswa terbilang cukup membuat suasana yang riang karena judul dari lagu
tersebut “don’t worry, be happy”.
7. Tidak ada siswa yang berani
bernyanyi lagu english dikelas sehingga dilakukan pemanggilann melalui absen:
Pada awalnya, guru
bahasa inggris tersebut menyuruh siswa maju ke depan kelas untuk bernyanyi lagu
bahasa inggris yang berjudul “dont worry, be happy” dan dipersilahkan untuk
maju 4 orang. Tetapi karena tidak ada yang berinisiatif maju ke depan kelas,
guru akhirnya memanggil nama mereka melalui absen.
8. Suasana kelas menjadi tidak kondusif sesaat karena mereka takut
dipanggil:
Kami mengamati suasana
kelas yang tidak kondusif sesaat karena para siswa gugup dan juga takut
dipanggil namanya oleh guru. Karena guru memanggil nama mereka sesuai urutan di
absensi untuk bernyanyi bahasa inggris di depan kelas.
9. Yang berbeda dari SMA N 1 Medan adalah pihak sekolah mengizinkan siswa
nya membawa hp dan menggunakannya pada saat jam berlangsung:
Yang berbeda di SMA N 1
Medan ini adalah pihak sekolah mengizinkan siswanya membawa handphone. Pada
saat kami mengamati siswa-siswa tersebut, sangat disayangkan sekali bahwa kami
melihat suatu kondisi dimana siswa lebih mementingkan handphone daripada
mementingkan pelajaran mereka. Terlebih lagi mereka menggunakan handphone pada
saat jam pelajaran berlangsung, kami melihat mereka yang mengangkat telepon di
kelas. Seharusnya pada jam pelajaran berlangsung, mereka mengangkat telpon
diluar kelas. Dalam kondisi tersebut, kami melihat para siswa tidak menghargai
guru yang sedang mengajar di kelas. Kami sangat menyayangkan kejadian tesebut.
10. Setelah dipanggil
melalui absen akhirnya ada yang mau bernyanyi
Para siswa merasa malu untuk
mengajukan diri bernyanyi terlebih dahulu di depan kelas. Akhirnya karena tidak
ada siswa yang mengajukan diri, guru mengambil tindakan dengan memilih urutan
sesuai absen. Pemilihan urutan tampil berdasarkan absen ini terus dilakukan
dari awal kelompok siswa yang pertama hingga kelompok siswa yang terakhir.
11.
Pembahasan dan pengajaran guru monoton
dan membosankan
Selama proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas cenderung
tenang dan beberapa siswa terlihat tidak menyimak teman-temannya yang bernyanyi
di depan kelas, bahkan pada saat guru menerangkan materi pelajaran di awal dan
akhir kelas. Kemungkinan hal ini disebabkan karena guru memberikan materi
secara lamban dan intonasi suara yang rendah sehingga tidak dapat menarik
perhatian seluruh anggota kelas. Pembelajaran pun menjadi terasa monoton dan
membosankan, yang terlihat dari cara siswa yang terlihat tidak bergairah
ataupun kurang menyimak pembahasan dari guru, seperti menguap dan mengantuk,
mengobrol kecil dengan teman sebangku, hingga bermain handphone.
12. Ada beberapa kelompok
hanya 1 orang yang aktif yang dalam
pengucapaan bahasa inggris
Dari sekian
banyak kelompok yang tampil, hanya sedikit siswa yang terlihat aktif dalam
pengucapan/pemakaian bahasa inggris dan menyimak materi dengan sungguh-sungguh.
Sejumlah siswa yang aktif di kelas tersebut mampu memberikan jawaban yang
ditanyakan guru kepada kelas, seperti ketika guru menanyakan apakah makna dari
lagu tersebut, siswa tersebut mampu memberikan jawabannya. Awalnya tidak ada
siswa yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan. Lalu guru berinisiatif
dengan memanggil siswa berdasarkan absen hingga akhirnya para siswa secara
sukarela dapat memberikan jawabannya masing-masing tanpa harus melalui absen.
Sekelompok siswa yang aktif tersebut juga tampak berani bernyanyi didepan kelas
dengan suara yang lantang dan dengan pengucapan bahasa inggris yang cukup tepat,
bahkan dengan memakai gerakan sehingga penampilan mereka lebih baik daripada
teman-teman mereka yang lain—pengucapan siswa yang lain cenderung tidak jelas
dan tampak malu-malu.
13. Indikator penilaian
adalah anak tersebut mampu untuk mengucapkan kata dan bernyanyi dalam bahasa
inggris
Indikator penilaian yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran tersebut ialah siswa mampu untuk
mengucapkan kata dan bernyanyi dalam bahasa inggris yang baik dan tepat.
Komunikasi antara guru dan siswa cenderung berlangsung satu arah dimana guru
banyak menyampaikan materi maupun bertanya kepada para siswa dalam bahasa inggris
sehingga cenderung tidak aktif dalam berkomunikasi dengan guru. Meskipun
demikian, guru juga membantu siswa dalam materi berbahasa inggris dengan
memberikan arti dalam bahasa Indonesia, sehingga siswa dapat memahami materi
yang disampaikan guru tersebut.
14. Kurikulum
k 2013 mewajibkan anak untuk mampu bernyanyi dan mengindentifikasi pesan moral
dari lagu
tersebut
Guru memahami adanya kesulitan
diantara para siswa dalam mengerti pelajaran bahasa inggris. Namun berdasarkan
standar pembelajaran Kurikulum 2013, siswa diwajibkan untuk mampu bernyanyi dan
mengidentifikasi pesan moral dari materi
lagu tersebut sehingga denga kata lain guru tidak dapat banyak memberi dorongan
kepada siswa agar siswa mengerti apa saja yang diajarkan di kelas, melainkan
siswa dapat aktif dan mencari secara mandiri pemahamannya terhadap isi yang
diajarkan oleh guru, baik itu materi pembelajaran maupun bagaimana caranya
siswa dapat paham mengenai arti lagu tersebut. Tentunya terdapat perbedaan
pembelajaran siswa sebelum dan sesudah Kurikulum 2013 dimana sebelum Kurikulum
2013, kebanyakan guru mengajar hanya dengan metode ceramah dan memberi soal
sedangkan setelah Kurikulum 2013 guru mengajarkan materi dengan melihat hasil
kerja dan keaktifan siswa di kelas.
15. Anak laki-laki dikelas tersebut cenderung tidak percaya diri dan
pasif
Percaya diri adalah pondasi penting bagi kehidupan sosial dan kesehatan
mental seorang anak. Rasa percaya diri yang dimiliki seorang anak merupakan
kunci kesuksesan di masa mendatang. Percaya diri dapat berperan besar dalam
membentuk pola pikir seseorang yang mempengaruhinya untuk bertindak. Dengan
demikian akan memudahkan anak untuk bergaul, berani menampilkan potensi diri
mereka dengan penuh percaya diri yang dapat berujung pada keberhasilannya kelak
sebagai orang dewasa. Dari hasil observasi yang kami dapat, kami melihat siswa
laki-laki yang ada dikelas tersebut cenderung tidak percaya diri, kami melihat
dari cara mereka berekspresi saat menyanyikan sebuah lagu yang telah ditentukan
oleh guru bahasa inggris dikelas tersebut. Untuk itu, sangatlah disayangkan
apabila seorang anak memiliki sifat pemalu. Kurang percaya diri, sifat pemalu
dan minder yang dimiliki seorang anak dapat membuatnya tidak menunjukkan bakat
yang dimilikinya atau potensi anak menjadi tidak tergali seluruhnya. Orang lain
juga tidak bisa melihat kemampuan anak secara penuh karena anak tersebut
menarik dirinya dari pergaulan dan kesempatan sukses yang mungkin dapat diraih
terlewatkan atau terabaikan begitu saja.
(Suasana yang terlihat saat siswa
laki-laki bertugas menyanyikan lagu)
16. Siswa mengalami perubahan perilaku disaat jam-jam
terakhir pelajaran. Suasana kelas tidak kondusif, banyak anak
yang membuka forum sendiri dan asik dengan gadget mereka masing-masing.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah pada
jam-jam terakhir yaitu pukul 12.00 WIB ke atas, perubahan perilaku pada siswa
sering sekali terjadi di jam-jam terkahir pelajaran mendekati waktu pulang,
biasanya suasana kelas mulai kurang kondusif. Banyak siswa yang semangat
belajarnya mulai menurun, bersiap-siap untuk pulang dan tidak memperhatikan
lagi pelajaran yang disampaikan guru contohnya siswa perempuan yang kami amati
memakai parfum saat jam terkahir, ada yang mengantuk, main gadget atau bahkan
siswa yang duduk di kursi paling belakang berbicara sendiri dengan temannya.
Hal ini berakibat proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan efektif karena
tidak adanya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu, materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak bisa diserap oleh siswa karena
kurangnya respon dari siswa untuk menerima pelajaran.
Ada 2 faktor penentu tercipta atau tidaknya suasana belajar yang kondusif.
1. Suasana dalam kelas, Guru menjadi pihak yang
paling bertanggung jawab dalam pengelolaan pembelajaran di ruang kelas.
Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif atau
tidaknya suasana belajar. Kemudian bagaimana guru menguasai situasi
belajar siswa. Guru tidak hanya perlu menguasai materi pelajaran, namun yang
lebih penting adalah mampu menguasai dinamika kelas yang dihuni oleh berbagai
sifat dan watak siswa. Jika guru tidak mampu menguasai dinamika kelas, suasana kelas
akan gaduh dan ribut oleh sikap dan perbuatan siswa yang beraneka ragam.
2. Lingkungan di sekitar kelas
atau sekolah, Suasana
belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung suasana yang nyaman dan
tentram di sekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang berada terlalu dekat
dengan keramaian, seperti; pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung
mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar. Tidak hanya persoalan bunyi,
bau tak sedap pun dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa dalam belajar.
Sekolah yang berada terlalu dekat dengan areal peternakan atau perkebunan karet
misalnya, akan membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif.Jadi, suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila suasana di ruang kelas dan di lingkungan
sekitarnya, mendukung terlaksananya proses belajar siswa. Proses belajar yang
kondusif akan menghantarkan siswa pada hasil belajar yang optimal.
(Suasana
kelas saat sedang tidak kondusif)
17. Suasana
belajar kembali kondusif saat guru membuka sesi tanya jawab dan memberikan
penjelasan singkat pada siswa, sebagian siswa kembali aktif.
Salah satu hal yang harus
dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif
adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Selain untuk membangun
komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan bagi para siswa, Menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas juga
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Jika situasi ini tak
terbangun, bisa jadi siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan
komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami
kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa.
(Suasana saat guru membuka
sesi tanya jawab dan memberikan penjelasan singkat)
18. Keunggulan guru yang berada dikelas saat kami melakukan observasi
adalah ia mengenali semua nama-nama muridnya.
Mengingat semua nama siswa akan berdampak
terhadap kelancaran proses pembelajaran, terutama saat mengajukan pertanyaan
kepada siswa.Mengingat nama siswanya juga bisa membuat siswanya merasa tidak
canggung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di berikan guru pada siswa
tersebut. Ketika mengajukan pertanyaan kepada siswa, guru
lebih akrab menyebut nama siswa ketimbang menggunakan kata 'kamu' atau 'anda'.
Jika ingin menyebut nama siswa, guru tak perlu lagi melihat daftar nama siswa
di kelas. Hanya saja, kemampuan guru untuk mengingat nama siswa sangat
terbatas. Apalagi bagi guru mata pelajaran yang harus 'terbang' dari satu kelas
ke kelas lain dengan jumlah lokal yang banyak.
Guru yang sedang mengajar dikelas yang
sedang kami observasi mampu mengingat semua nama siswa yang ada dikelas
tersebut. Keakraban yang terjadi antara siswa dan guru cukup dekat karena siswa
merasa tidak canggung untuk dekat pada guru tersebut. Namun, ada beberapa siswa
yang masih tetap canggung saat dipanggil namanya dan didekati oleh guru
tersebut karena anak tersebut mungkin pribadi yang pemalu.
DAFTAR PUSTAKA
John
W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Chapter 13 Motivasi, Pengajaran,
Pembelajaran, 2004.
Rachman,
Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar